Membangun startup bukan pekara yang mudah. Jatuh bangun harus dilalui oleh para founder agar perusahaan rintisan yang mereka bangun dapat berjalan dan sukses.
Pengorbanan pun dilakukan, termasuk tidak menerima gaji selama dua tahun. Hal tersebut dialami oleh dua pendiri Xendit, Moses Lo Co-Founder & CEO of Xendit, dan Bo Chen Co-Founder & CTO of Xendit.
Dalam sesi diskusi YC Startup School Jakarta Meetup, keduanya menceritakan kisah mereka dalam membangun Xendit, yang kini akhirnya menyandang status unicorn.
Bo Chen, mengatakan bahwa dirinya tidak menerima gaji hingga Xendit mendapat pendanaan Seri B atau sekitar 2,5 tahun.
"Saya tidak berpikir kami telah membayar gaji yang layak untuk diri kita sendiri sampai Seri B, yang kira-kira 2,5 tahun," ujarnya.
Berdasarkan data CNBC Indonesia, Xendit mulai menggalang pendanaan Seri B pada 2019. Saat diumumkan pada 2021, total modal yang dihimpun dalam ronde pendanaan tersebut mencapai US$64,6 juta.
Moses, Chen, dan dua pendiri lain yang merintis Xendit bersama mereka, yaitu Juan Gonzalez dan Tessa Wijaya membuat strategi agar modal yang mereka punya bisa cukup untuk membiayai operasional perusahaan dengan organisasi seramping mungkin, atau di dunia startup dikenal sebagai memperpanjang runway.
Cara tersebut, menurut Moses dan Chen, merupakan strategi yang tepat untuk memulai dan akan memaksa para founder untuk fokus pada tujuannya. "Manfaatkan waktu Anda dengan baik karena waktu terus berjalan," tuturnya.
Moses menceritakan bahwa ia dan rekannya harus tinggal satu rumah yang juga dijadikan sebagai kantor mereka. Ia bahkan menyebut bahwa mereka sudah menjadi seperti keluarga yang hidup bersama. "Ya, kami hidup, kami tinggal di rumah tempat kami bekerja," kata Moses.
Karena selama dua tahun tidak menerima gaji dan hanya memiliki sedikit uang, mereka pun rela menjadikan mi instan sebagai makanan utama mereka demi menghemat biaya hidup.
"Jadi kami akan bangun, turun ke [lantai] bawah, bekerja, ulangi, tujuh hari seminggu selama dua tahun pertama dengan sedikit uang, makan banyak Indomie karena murah," kata dia sambil tertawa mengingat masa itu.
Saat mereka mulai membukukan pertumbuhan pendapatan yang kuat, barulah para founder memutuskan untuk membangun tim yang lebih besar dan mulai membayar diri mereka dengan gaji yang rutin.
Xendit sendiri merupakan startup teknologi finansial yang bergerak di segmen pembayaran. Mereka telah menyandang status unicorn pada akhir 2021. Tebaru, pada Mei 2022, Xendit mengumumkan merampungkan pendanaan seri D senilai US$300 juta (Rp 4,3 triliun).
Pendanaan itu dipimpin oleh Coatue dan Insight Partners, dengan investasi tambahan dari Accel, Tiger Global, Kleiner Perkins, East Ventures, Amasia, Intudo, dan Goat Capital milik Justin Kan. Sepanjang perjalanannya, Xendit telah mengumpulkan dana US$538 juta (Rp 7,8 triliun).